Laki-laki Tua Pengangkut
Jerami
Namanya
Karman. Tidak seorangpun yang tahu asal-usul Karman. Dia datang dari mana,
bersama siapa dan kenapa bisa tersesat di kampung kami. Waktu itu ia datang
dengan pakaian yang lusuh dan tidak terawat. Wajahnya yang mengambarkan
kesedihan dan badannya yang seolah-olah tidak bisa lagi memompang lajunya
membuat warga disini menjadi kasihan. Wargapun membawa Karman ke Surau untuk
diistirahatkan. Karena memang, Surau disini serba guna, tempat berkumpul para
tetua, tempat rapat kawula muda, tempat memusyawarahkan sesuatu mengenai
kampung. Setidaknya surau kami tidak pernah sepi dengan kegiatan kampung.
Pagi
itu, ketika kami lewat didepan surau untuk pergi kerja, kami melihat surau sudah
bersih. Semuanya tertata rapi dan halaman didepannyapun sudah dibersihkan,
terlihat disudut batang kayu yang ada didepan surau ada onggokan debu yang baru
selesai dibakar. Kami tahu, pasti Karman yang melakukannya. Mungkin ia merasa
kalau pertolongan warga yang membawanya ke surau ini membuat ia berhutang budi.
Mungkin dengan cara ini ia membalasnya.