Laki-laki Tua Pengangkut
Jerami
Namanya
Karman. Tidak seorangpun yang tahu asal-usul Karman. Dia datang dari mana,
bersama siapa dan kenapa bisa tersesat di kampung kami. Waktu itu ia datang
dengan pakaian yang lusuh dan tidak terawat. Wajahnya yang mengambarkan
kesedihan dan badannya yang seolah-olah tidak bisa lagi memompang lajunya
membuat warga disini menjadi kasihan. Wargapun membawa Karman ke Surau untuk
diistirahatkan. Karena memang, Surau disini serba guna, tempat berkumpul para
tetua, tempat rapat kawula muda, tempat memusyawarahkan sesuatu mengenai
kampung. Setidaknya surau kami tidak pernah sepi dengan kegiatan kampung.
Pagi
itu, ketika kami lewat didepan surau untuk pergi kerja, kami melihat surau sudah
bersih. Semuanya tertata rapi dan halaman didepannyapun sudah dibersihkan,
terlihat disudut batang kayu yang ada didepan surau ada onggokan debu yang baru
selesai dibakar. Kami tahu, pasti Karman yang melakukannya. Mungkin ia merasa
kalau pertolongan warga yang membawanya ke surau ini membuat ia berhutang budi.
Mungkin dengan cara ini ia membalasnya.
Sejak
saat itu, Karman tua diminta oleh Pak RW untuk tinggal di surau. Karena memang
tidak ada warga yang tinggal di surau. Mereka lebih memilih tinggal dirumah
masing-masing dan sesekali pergi ke surau untuk melaksanakan sholat berjemaah.
Karmanpun melaksanakan semuanya dengan baik, mulai dari urusan kebersihan surau
hingga ia berprofesi sebagai muazin untuk memanggil warga kampung untuk
melaksanakan sholat lima waktu.
Tinggal
di surau dan sesekali warga mengantarkan nasi untuk Karman tidaklah membuat
Karman berdiam diri. Ia membantu warga disini untuk mengambil jerami. Kampung
kami mayoritas adalah petani. Jadi setiap ada yang panen, maka Karman selalu
mendapatkan tugas oleh orang kampung untuk mengambil jerami di sawah guna
dimakan oleh kerbaunya. Itulah pekerjaan Karman yang sering kami lihat.
Terkadang kami juga kasihan melihannya. Laki-laki tua itu memanggul jerami yang
berat. Seakan-akan ia lupa dengan umurnya.
Setelah
mengantarkan jerami pesanan warga, Karmanpun mendapatkan upah dan upahnya itu
terkadang tidak sesuai dengan apa yang dibebannya. Disitulah daya tarik Karman,
ia tidak pernah sama sekali mematok harga untuk setiap jerami yang diangkutnya.
Karena sikapnya itulah warga kampung selalu menggunakan jasanya.
Karman
akan berhenti jika ada yang memanggilnya, dan ia akan pergi kerumah yang
memanggilnya itu untuk menerima beberapa tugas. Sosok laki-laki tua ini setiap
harinya tidak lagi asing bagi kami. Seolah-olah ia telah menjelma menjadi warga
asli kampung dan kepribadiaannyapun sering dijadikan contoh oleh para ustad
setiap membawakan ceramah di surau.
Pada
waktu itu, ketika Karman diajak oleh Ijul untuk minum kopi di warung(mungkin
bonus tambahan), meluaslah informasi jika Karman bisa meramalkan nasib
seseorang. Kata sumber terpercaya, disaat Karman dan laki-laki lain sedang
asyik minum kopi sambil menyantap gorengan. Ijul bertanya kepada Karman,
bagaimana nanti jika kerbaunya tidak memperoleh anak, Karman yang biasa
mengurusi makanan kerbaunya Ijul berkata,
“Tidak akan, kerbau waang akan melahirkan dua ekor”, katanya.
Seminggu kemudian Ijul memberitahukan kepada
warga kampung kalau kerbaunya melahirkan dua ekor anak.
Sejak
saat itulah, warga kampung mulai mempercayai laki-laki tua pemanggul jerami itu
juga bisa meramalkan nasib seseorang. Tetapi Karman hanya bersikap biasa,
katanya itu hanya kebetulan saja dan dia bukanlah peramal.
“Saya
hanya buruh jerami, jika ada yang memanggil, maka saya akan datang untuk
mengambil jerami di sawah sesuai dengan pesanan”, katanya dengan lugu.
Perkataan
Karman tidak lantas membuat warga disini percaya. Jika apa yang dikatakannya
tentang kerbau Ijul hanya kebetulan semata, tidak mungkin ia menyebutkan
jumlahnya, pasti ia mempunyai ilmu untuk meramalkan hari esok atau lusa.
Setidaknya begitulah anggapan warga.
Berita
mengenai Karman sang peramal tidak hanya meledak di kampung kami, beritanyapun
sampai ke kampung sebelah. Hampir setiap hari orang-orang mencari Karman. Baik
itu di surau maupun di sawah. Tetapi jawaban Karman tetap sama.
“Saya
hanya buruh jerami, jika ada yang memanggil, maka saya akan datang untuk
mengambil jerami di sawah sesuai dengan pesanan”, katanya dengan tenang.
”
Nasib seseorang sudah ada yang menentukan”, tambahnya.
Karman yang dulu dipandang lelaki tua yang
lusuh, datang dari mana tidak seorangpun yang tahu, tinggal di surau atas
permintaan Pak RW dan menerima panggilan warga untuk mengambil jerami di sawah
sekarang menjadi terkenal akan ramalannya, walaupun apa yang ditegaskannya
orang sudah tahu. Tetapi warga kampung tidaklah percaya dan selalu mendesaknya
untuk diramalkan.
Pagi
itu, Jamal memanggil Karman guna mengangkut jerami untuk kerbaunya. Karmanpun
melaksanakan tugas itu dengan baiknya, bahkan Jamal hanya memesan lima ikat
saja, tetapi Karman yang baik dan tidak menargetkan upahnya menambahkan satu
ikat lagu untuk kerbaunya Jamal. Melihat sikap Karman seperti itu, Jamalpun
mengajak Karman untuk makan siang dirumahnya.
“Man,
jika kerbau aden tu dijual, sebaiknya
uangnya digunakan untuk apa? Untuk buka toko atau untuk membeli motor”, kata
Jamal
“Sebaiknya
waang gunakan aja untuk buka toko”,
jawab Karman.
Seminggu
kemudian, ketika kerbau Jamal laku dan ia buka toko. Hampir setiap hari toko
Jamal dipenuhi oleh pembeli. Terbesit pikiran oleh Jamal, ia apa yang dikatakan
oleh Karman memang benar dan Karman bisa meramalkan nasib seseorang. Buktinya
tokonya ramai oleh pembeli gara-gara ia menuruti perintah Karman.
Lalu,
berita Karman sang peramalpun kembali sampai ke telinga warga kampung dan
kampung sebelah. Seperti sebelumnya, banyak warga mencari Karman untuk diramal.
Hampir setiap hari orang-orang pergi ke surau hanya untuk menemui Karman bukan
untuk sholat berjemaah. Dan setiap paginya menjelang siang, orang-orang juga
menemui Karman di sawah. Karman yang tua tetap berkata yang sama, bahwa ia
bukannlah peramal.
“Saya
hanya buruh jerami, jika ada yang memanggil, maka saya akan datang untuk
mengambil jerami di sawah sesuai dengan pesanan”, katanya lagi.
Kali
ini, warga tidak percaya dan terus-terusan mendesak Karman untuk diramal.
Hampir setiap hari, orang-orang mencari Karman, dan hampir setiap jam
orang-orang berdatangan ke kampung kami hanya untuk mencari Karman. Seolah-olah
Karman telah menjadi orang top yang selalu dicari. Berkat Karman jugalah
kampung kami dikenal oleh masyarakat luas. Walaupun apa yang diinginkan
orang-orang itu tidak terpenuhi hingga sekarang.
Waktu
itu, ketika Karman selesai meminggul jerami dan diletakan di kandang kerbaunya
Pak RW. Sebelum Pak RW memberikan upah kepada Karman. Karmanpun berkata;
“Saya
sangat berterima kasih kepada bapak dan warga atas kebaikan yang diberikan
selama ini”, kata Karman kepada Pak RW
“Iya
Karman, ini upahmu”, kata Pak RW sembari memberikan uang kepada Karman.
Setelah
menerima upah, Karmanpun pergi ke surau. Dan di surau ia mendapati begitu
banyak orang-orang yang menunggunya untuk diramal. Setiap yang mendekatinya
untuk diramal, Karman masih saja berkata hal yang sama. Jika ia bukannlah peramal.
Dan ia menambahkan jika nasib, jodoh serta maut sudah ada yang menentukannya. Tetapi
desakan orang-orang kampung membuat Karman menjadi gerah. Ia berkata kepada semua
orang yang menemuinya di surau maupun di sawah bahwa ia akan menceritakan yang
sebenarnya. Tapi ia meminta warga kampung untuk datang dua hari lagi dan
membawa kitab suci.
Setelah
dua hari, orang kampung kembali menemuinya di surau dan sekarang makin banyak
orang yang menemuinya. Sehingga surau kami yang kecilpun sesak oleh orang-orang
yang ingin diramal oleh Karman. Pak RWpun harus turun tangan untuk mengatasi
semuanya.
Orang-orangpun
memanggil Karman dari luar surau. Tetapi tidak ada jawaban. Beberapa kali
dipanggil, tetap juga tidak ada jawaban. Lalu Pak RW masuk ke surau dan mendapati
Karman tua yang ditemui warga dulu dengan tampang lusuh, kemudian menjadi
laki-laki pemanggul jerami yang tidak pernah sama sekali mematok harga dan
dianggap bisa meramal, kini telah tebujur kaku di tempat tidur yang ada didalam
surau.
Kini
kami tahu, Karman memang bisa meramal nasib. Sebelumnya ia pamitan ke warga
melalui Pak RW dan mengucapkan terima kasih. Dan ia menyuruh orang yang ingin
diramal agar membawa kitab suci supaya ia dibacakan ayat-ayat suci, karena ia
tahu Tuhan akan memanggilnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar