Kamis, 14 Februari 2013


Laki-laki Tua Pengangkut Jerami



Namanya Karman. Tidak seorangpun yang tahu asal-usul Karman. Dia datang dari mana, bersama siapa dan kenapa bisa tersesat di kampung kami. Waktu itu ia datang dengan pakaian yang lusuh dan tidak terawat. Wajahnya yang mengambarkan kesedihan dan badannya yang seolah-olah tidak bisa lagi memompang lajunya membuat warga disini menjadi kasihan. Wargapun membawa Karman ke Surau untuk diistirahatkan. Karena memang, Surau disini serba guna, tempat berkumpul para tetua, tempat rapat kawula muda, tempat memusyawarahkan sesuatu mengenai kampung. Setidaknya surau kami tidak pernah sepi dengan kegiatan kampung.
Pagi itu, ketika kami lewat didepan surau untuk pergi kerja, kami melihat surau sudah bersih. Semuanya tertata rapi dan halaman didepannyapun sudah dibersihkan, terlihat disudut batang kayu yang ada didepan surau ada onggokan debu yang baru selesai dibakar. Kami tahu, pasti Karman yang melakukannya. Mungkin ia merasa kalau pertolongan warga yang membawanya ke surau ini membuat ia berhutang budi. Mungkin dengan cara ini ia membalasnya.
Sejak saat itu, Karman tua diminta oleh Pak RW untuk tinggal di surau. Karena memang tidak ada warga yang tinggal di surau. Mereka lebih memilih tinggal dirumah masing-masing dan sesekali pergi ke surau untuk melaksanakan sholat berjemaah. Karmanpun melaksanakan semuanya dengan baik, mulai dari urusan kebersihan surau hingga ia berprofesi sebagai muazin untuk memanggil warga kampung untuk melaksanakan sholat lima waktu.
Tinggal di surau dan sesekali warga mengantarkan nasi untuk Karman tidaklah membuat Karman berdiam diri. Ia membantu warga disini untuk mengambil jerami. Kampung kami mayoritas adalah petani. Jadi setiap ada yang panen, maka Karman selalu mendapatkan tugas oleh orang kampung untuk mengambil jerami di sawah guna dimakan oleh kerbaunya. Itulah pekerjaan Karman yang sering kami lihat. Terkadang kami juga kasihan melihannya. Laki-laki tua itu memanggul jerami yang berat. Seakan-akan ia lupa dengan umurnya.
Setelah mengantarkan jerami pesanan warga, Karmanpun mendapatkan upah dan upahnya itu terkadang tidak sesuai dengan apa yang dibebannya. Disitulah daya tarik Karman, ia tidak pernah sama sekali mematok harga untuk setiap jerami yang diangkutnya. Karena sikapnya itulah warga kampung selalu menggunakan jasanya.
Karman akan berhenti jika ada yang memanggilnya, dan ia akan pergi kerumah yang memanggilnya itu untuk menerima beberapa tugas. Sosok laki-laki tua ini setiap harinya tidak lagi asing bagi kami. Seolah-olah ia telah menjelma menjadi warga asli kampung dan kepribadiaannyapun sering dijadikan contoh oleh para ustad setiap membawakan ceramah di surau.
Pada waktu itu, ketika Karman diajak oleh Ijul untuk minum kopi di warung(mungkin bonus tambahan), meluaslah informasi jika Karman bisa meramalkan nasib seseorang. Kata sumber terpercaya, disaat Karman dan laki-laki lain sedang asyik minum kopi sambil menyantap gorengan. Ijul bertanya kepada Karman, bagaimana nanti jika kerbaunya tidak memperoleh anak, Karman yang biasa mengurusi makanan kerbaunya Ijul berkata,
 “Tidak akan, kerbau waang akan melahirkan dua ekor”, katanya.
 Seminggu kemudian Ijul memberitahukan kepada warga kampung kalau kerbaunya melahirkan dua ekor anak.
Sejak saat itulah, warga kampung mulai mempercayai laki-laki tua pemanggul jerami itu juga bisa meramalkan nasib seseorang. Tetapi Karman hanya bersikap biasa, katanya itu hanya kebetulan saja dan dia bukanlah peramal.
“Saya hanya buruh jerami, jika ada yang memanggil, maka saya akan datang untuk mengambil jerami di sawah sesuai dengan pesanan”, katanya dengan lugu.
Perkataan Karman tidak lantas membuat warga disini percaya. Jika apa yang dikatakannya tentang kerbau Ijul hanya kebetulan semata, tidak mungkin ia menyebutkan jumlahnya, pasti ia mempunyai ilmu untuk meramalkan hari esok atau lusa. Setidaknya begitulah anggapan warga.
Berita mengenai Karman sang peramal tidak hanya meledak di kampung kami, beritanyapun sampai ke kampung sebelah. Hampir setiap hari orang-orang mencari Karman. Baik itu di surau maupun di sawah. Tetapi jawaban Karman tetap sama.
“Saya hanya buruh jerami, jika ada yang memanggil, maka saya akan datang untuk mengambil jerami di sawah sesuai dengan pesanan”, katanya dengan tenang.
” Nasib seseorang sudah ada yang menentukan”, tambahnya.
 Karman yang dulu dipandang lelaki tua yang lusuh, datang dari mana tidak seorangpun yang tahu, tinggal di surau atas permintaan Pak RW dan menerima panggilan warga untuk mengambil jerami di sawah sekarang menjadi terkenal akan ramalannya, walaupun apa yang ditegaskannya orang sudah tahu. Tetapi warga kampung tidaklah percaya dan selalu mendesaknya untuk diramalkan.
Pagi itu, Jamal memanggil Karman guna mengangkut jerami untuk kerbaunya. Karmanpun melaksanakan tugas itu dengan baiknya, bahkan Jamal hanya memesan lima ikat saja, tetapi Karman yang baik dan tidak menargetkan upahnya menambahkan satu ikat lagu untuk kerbaunya Jamal. Melihat sikap Karman seperti itu, Jamalpun mengajak Karman untuk makan siang dirumahnya.
“Man, jika kerbau aden tu dijual, sebaiknya uangnya digunakan untuk apa? Untuk buka toko atau untuk membeli motor”, kata Jamal
“Sebaiknya waang gunakan aja untuk buka toko”, jawab Karman.
Seminggu kemudian, ketika kerbau Jamal laku dan ia buka toko. Hampir setiap hari toko Jamal dipenuhi oleh pembeli. Terbesit pikiran oleh Jamal, ia apa yang dikatakan oleh Karman memang benar dan Karman bisa meramalkan nasib seseorang. Buktinya tokonya ramai oleh pembeli gara-gara ia menuruti perintah Karman.
Lalu, berita Karman sang peramalpun kembali sampai ke telinga warga kampung dan kampung sebelah. Seperti sebelumnya, banyak warga mencari Karman untuk diramal. Hampir setiap hari orang-orang pergi ke surau hanya untuk menemui Karman bukan untuk sholat berjemaah. Dan setiap paginya menjelang siang, orang-orang juga menemui Karman di sawah. Karman yang tua tetap berkata yang sama, bahwa ia bukannlah peramal.
“Saya hanya buruh jerami, jika ada yang memanggil, maka saya akan datang untuk mengambil jerami di sawah sesuai dengan pesanan”, katanya lagi.
Kali ini, warga tidak percaya dan terus-terusan mendesak Karman untuk diramal. Hampir setiap hari, orang-orang mencari Karman, dan hampir setiap jam orang-orang berdatangan ke kampung kami hanya untuk mencari Karman. Seolah-olah Karman telah menjadi orang top yang selalu dicari. Berkat Karman jugalah kampung kami dikenal oleh masyarakat luas. Walaupun apa yang diinginkan orang-orang itu tidak terpenuhi hingga sekarang.
Waktu itu, ketika Karman selesai meminggul jerami dan diletakan di kandang kerbaunya Pak RW. Sebelum Pak RW memberikan upah kepada Karman. Karmanpun berkata;
“Saya sangat berterima kasih kepada bapak dan warga atas kebaikan yang diberikan selama ini”, kata Karman kepada Pak RW
“Iya Karman, ini upahmu”, kata Pak RW sembari memberikan uang kepada Karman.
Setelah menerima upah, Karmanpun pergi ke surau. Dan di surau ia mendapati begitu banyak orang-orang yang menunggunya untuk diramal. Setiap yang mendekatinya untuk diramal, Karman masih saja berkata hal yang sama. Jika ia bukannlah peramal. Dan ia menambahkan jika nasib, jodoh serta maut sudah ada yang menentukannya. Tetapi desakan orang-orang kampung membuat Karman menjadi gerah. Ia berkata kepada semua orang yang menemuinya di surau maupun di sawah bahwa ia akan menceritakan yang sebenarnya. Tapi ia meminta warga kampung untuk datang dua hari lagi dan membawa kitab suci.
Setelah dua hari, orang kampung kembali menemuinya di surau dan sekarang makin banyak orang yang menemuinya. Sehingga surau kami yang kecilpun sesak oleh orang-orang yang ingin diramal oleh Karman. Pak RWpun harus turun tangan untuk mengatasi semuanya.
Orang-orangpun memanggil Karman dari luar surau. Tetapi tidak ada jawaban. Beberapa kali dipanggil, tetap juga tidak ada jawaban. Lalu Pak RW masuk ke surau dan mendapati Karman tua yang ditemui warga dulu dengan tampang lusuh, kemudian menjadi laki-laki pemanggul jerami yang tidak pernah sama sekali mematok harga dan dianggap bisa meramal, kini telah tebujur kaku di tempat tidur yang ada didalam surau.
Kini kami tahu, Karman memang bisa meramal nasib. Sebelumnya ia pamitan ke warga melalui Pak RW dan mengucapkan terima kasih. Dan ia menyuruh orang yang ingin diramal agar membawa kitab suci supaya ia dibacakan ayat-ayat suci, karena ia tahu Tuhan akan memanggilnya.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar