Sabtu, 17 Desember 2011


KURA-KURA DAN KUPU-KUPU

  “Tragedi 23 - 11- 2011”



            Perjalanan panjang menempuh ulu hati yang tak bisa dirasakan dengan apa-apa, menengok jarak yang kian terbentang dan tersiratkan dengan nada-nada kata yang melalui jalur non nyata. Aku kian merenung, memastikan hidup ini untuk ingin dimiliki dan berjalan dengan rasa tersenyum. Tapi itu semua hanya mimpi jika anganku ini hanya berdiri kokoh pada sandarannya dan tak bergerak dengan impian hati selama ini.
            “Kenapa harus nunggu lama”, kataku dalam hati. Kata-kata itu kian menjadi benalu dalam perasaanku, kenapa tidak. Setiap hari penampungan perasaan dalam hati kian bertambah, apa boleh buat. Dukungan dari perantara dunia tak lagi menyurutkan betapa indahnya hidup ini. Diwarnai dengan berbagai hasrat untuk saling memenuhi dan memiliki.

KURA-KURA DAN KUPU-KUPU

Perasaan Cinta Mulai Terasa Dihati ini”


Embun pagi yang sangat mendinginkan membuat bulu Roma dan Juventusku berdiri, hahaha klub sepakbola Italia kenapa yang dibawa. ayampun belum waktunya untuk mengangkat mulut dan patoknya untuk berteriak keras “jago laiiiiiiiiiiiiiiiiii” mungkin kata itu yang diteriakkan oleh ayam setiap paginya. Aku pun tak tahu, karena aku bukan sebangsanya “masa` aku tahu bahasa ayam”.
Dua pasang mata ini mulai mengangkat demi tujuan yang murni dan kebangsaaan, dan diikuti oleh seluruh yang melekat dibadan dan mulailah jemari ini untuk merangkai kata seindah mungkin untuk menceritakan ini semua. Cerita apa lagi, tapi tunggu ya, hehehe.

KURA-KURA DAN KUPU-KUPU

“ Pertemuan Pada Acara Talkshow dan Bedah Film”


Kecintaan terhadap Indonesia kian aku tampakkan, mulai dari hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya(haha sedikit peres) hingga hal yang berbau untuk dikenakan. Hari ini impianku rasanya terwujud, walaupun baru satu dari sekian banyak yang aku inginkan. Apakah itu..?? hehehe, itu adalah baju batik..yaa walaupun batik udah merajalela, setidaknya batik sudah jadi tren Bapak-Bapak dan Ibu-Ibuk jikalau menghadiri undangan pesta pernikahan atau pesta yang acaranya itu ada undangannya.
Kira-kira sepertiga siang, aku mulai melangkahkan kaki dan mengayunkan tangan menuju TB5, mungkin banyak yang tidak tahu TB5 itu apa. Jelas banyak yang tidak tahu, kan TB5 itu lokal yang ada di Universitasku, hehehe.

Memilih demi apa


Memilih demi apa
Unek-unek bergetar kian membelakangi
Seharusnya apa
Hanya mengetahui rendah
Bahkan tinggi sekalian pemuncak dunia
Dunia…..dunia

Segumpal rupiah

Segumpal rupiah pembuat rusuh
Hadiah dari air ludah yang kian tersusun
Kenapa harus seperti itu
Apakah hujan kesedihan memang tak akan timbul
Atau malah tak dapat tempat disisi  muara yang mengalir

Korban Peradaban


            Ingatan indah akan kebebasan
            Menuju senyum semangat
            Sekarang
            Hanya lembaran baru pemicu
            Pemicu korban peradaban
            Sedangkan
Tinta usang tak mampu lagi mengukir
            Peristiwa perebutan jati diri
Dilunturi oleh seberkas ego dan perkaya diri

Dia adalah Romidi



Dunia ini kejam, begitu mencerminkan hukum alam, siapa yang kuat itu yang akan bertahan dan yang lemah maka akan punah. Kata- kata itu yang selalu menjadi benalu dalam kepala Romidi. Seorang anak yang selalu mencari makna hidup yang ia jalani. Buah tidak akan jauh jatuh dari pohonnya, dari seorang anak perwira tinggi, bukan tidak mungkin anaknya akan menjadi penerusnya. Dari seorang pengusaha, hasil buah cintanya pun akan mengiringi jejak orang tuanya. Romidi berada dalam garis yang tidak beruntung,  garis rendah. Orang tuanya seorang penarik becak yang berangkat pagi dan pulang malam hanya untuk menghidupi enam orang anaknya dan satu orang istri.

Kertas

Sobek kan kertas itu
Tiada berarti
Satu hilang, bagai hilang semuanya
Satukan lagi
Demi sesuatu itu