Sabtu, 17 Desember 2011


Dia adalah Romidi



Dunia ini kejam, begitu mencerminkan hukum alam, siapa yang kuat itu yang akan bertahan dan yang lemah maka akan punah. Kata- kata itu yang selalu menjadi benalu dalam kepala Romidi. Seorang anak yang selalu mencari makna hidup yang ia jalani. Buah tidak akan jauh jatuh dari pohonnya, dari seorang anak perwira tinggi, bukan tidak mungkin anaknya akan menjadi penerusnya. Dari seorang pengusaha, hasil buah cintanya pun akan mengiringi jejak orang tuanya. Romidi berada dalam garis yang tidak beruntung,  garis rendah. Orang tuanya seorang penarik becak yang berangkat pagi dan pulang malam hanya untuk menghidupi enam orang anaknya dan satu orang istri.

Romidi anak pertama dari pasangan Jamal dan Nursidah. Ia termasuk anak yang rajin dan pintar disekolahnya, setiap pulang sekolah, ia membantu ibunya menjadi buruh cuci dari rumah ke rumah. Ibunya bangga melihat Romidi yang tak pernah malu akan kehidupan orang tuanya dan tak pernah membangkang apa yang disuruh oleh kedua orang tuanya. Tapi setalah perkembangan zaman, berkembangnya teknologi canggih yang semuanya serba mesin, saaat itulah ibu Romidi mengalami macet pekerjaan dan penghasilan untuk membantu suaminya menghidupi  enam anaknya.
Romidi menyadari kesulitan orang tuanya, saat itulah dia mulai memikirkan bagaimana mendapatkan uang, dan  mulai mencari pekerjaan sehingga sekolahnya pun terhenti. Tanpa terasa sudah dua pekan Romidi berdiam diri saja dirumah tanpa melakukan pekerjaan satupun. Terkadang Romidi berfikir kelak kalau dia mendapatkan pekerjaan apakah penghasilannya bisa membantu keluarganya. Jangankan penghasilan yang layak, buat sekolah saja dia tidak bisa melanjutkannya.
Sambil menggaruk garuk kepalanya, Romidi melihat ada seorang anak yang sedang memainkan gitar didepan rumahnya. Ide yang cemerlang pun muncul dalam benaknya, mungkin ini solusi yang diselama ini dicari. Romidi pun belajar main gitar supaya pekerjaannya bisa secepatnya dilakukan.
Hampir tiap hari dari pagi hingga sore kehidupan Romidi berjalan dari bus ke bus yang lain, menyanyikan lagu yang lagi hits dan melantunkan tembang lawas jikalau ada dari penumpang yang mau request. Dimulai dari era band 80-an sampai zaman band masa kini, sekarang romidi menyanyikannya dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa ada rasa mengeluh sedikitpun. Disamping dia tulus mengerjakan pekerjaannya Romidi ternyata juga sangat menyukai dunia musik tidak salah kalau ternyata Romidi menguasai beberapa lagu dari zamannya sendiri sampai sekarang.
Suatu hari Romidi baru selesai mengamen disebuah bus tanpa sengaja ada seorang nenek yang meminta uang kepada Romidi sambil menangis. Romidi berfikir apa uang ini cukup untuk dirinya dan nenek tersebut sedangkan hari ini Romidi mendapatkan penghasilan yang kurang dari biasanya, bisa disebut hari ini bukan hari yang baik untuk Romidi, ditambah pula adik dan ibunya belum memakan satupun makanan dari pagi tadi.
Disaat Romidi berfikir, sang nenek itupun terus menangis dihadapannya dan tanpa berfikir lagi Romidi memberikan semua uang yang didapatnya kepada nenek tersebut, karena Romidi berfikir bahwa nenek itu lebih membutuhkan daripada dirinya. Setelah itu Romidi melanjutkan perjalanannya kerumah dan sesampai dia dirumah diceritakanlah apa yang terjadi tadi dijalan.
“Bu, aku ngak bawa apa-apa”, kata Romidi
“ Kenapa, apa kamu ngak dapat penghasilan dari mengamen hari ini”, jawab ibu Romidi sambil mengambil segelas minuman untuk anaknya.
“Dapat kok bu, cuman aku memberikan semuanya kepada yang lebih membutuhkan bu”, tambah Romidi sambil menceritakan semuanya kepada ibunya.
Dengan rasa terharu ibu dan adik Romidi merasa bangga kepada anak dan kakaknya tersebut walaupun tak mempunyai apa apa tetapi Romidi masih tetap rendah hati kepada orang lain. Ibunya berdo`a semoga anak sulungnya itu diberikan rezeki yang lebih.
Pagi yang dingin seperti biasa Romidi bersiap-siap untuk pergi mengamen. Tidak lupa dia minta restu orang tuanya agar bisa mendapatkan penghasilan yang banyak. Disaat Romidi melangkah kesuatu jalan dia sempat melihat anak anak berseragam sekolah bercengkerama sesama teman mereka.
Tanpa terasa Romidi merasakan getaran dihatinya dan dia tak dapat memungkirinya bahwa dia sangat merindukan suasana disekolah dan belajar bersama teman temannya dan tak dapat dipungkiri pula kalau Romidi masih ingin melanjutkan pendidikannya sampai kejenjang yang lebih tinggi. Kalau bisa kelak dia ingin menjadi sarjana pendidikan.
Berfikir terlampau lama Romidi pun ditinggal bus yang akan dinaikinya, dalam hati Romidi hanya bisa tertawa kecil. Setelah istirahat siang dan selesai sholat zuhur Romidi melanjutkan pekerjaannya, sedang asyik bernyanyi dipersimpangan lampu merah, tanpa sengaja Romidi sedang menghibur seorang produser music.  Lantas sang produser merasa terhibur dan mengagumi kemampuan dan suara Romidi. Setelah selesai sang produser langsung menghampiri Romidi dan memberikan sebuah kata pengagumannya. 
“Suara kamu bagus, tapi kenapa dijalanan, apa kamu tidak sekolah,” kata sang produser.
“Terima kasih pak, saya udah ngak sekolah lagi, karena mau bantu orang tua”, jawab Romidi
Dengan rasa kasihan, sang produser ingin ketemu dengan orang tua Romidi, dan memberikan pekerjaan kepada kedua orang tua Romidi. Sang produser pun berpesan kepada kedua orang tua Romidi  supaya dia harus kembali lagi sekolah, dan semua biaya pendidikan ditanggung oleh produser tersebut. Karena pendidikan itu harus di nomor satukan.
Romidi dan kedua orang tuanya sujud syukur karena do`a mereka selama ini dikabulkan olehNYA.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar