Dia adalah Romidi
Dunia ini kejam,
begitu mencerminkan hukum alam, siapa yang kuat itu yang akan bertahan dan yang
lemah maka akan punah. Kata- kata itu yang selalu menjadi benalu dalam kepala
Romidi. Seorang anak yang selalu mencari makna hidup yang ia jalani. Buah tidak
akan jauh jatuh dari pohonnya, dari seorang anak perwira tinggi, bukan tidak
mungkin anaknya akan menjadi penerusnya. Dari seorang pengusaha, hasil buah
cintanya pun akan mengiringi jejak orang tuanya. Romidi berada dalam garis yang
tidak beruntung, garis rendah. Orang
tuanya seorang penarik becak yang berangkat pagi dan pulang malam hanya untuk
menghidupi enam orang anaknya dan satu orang istri.
Romidi anak
pertama dari pasangan Jamal dan Nursidah. Ia termasuk anak yang rajin dan
pintar disekolahnya, setiap pulang sekolah, ia membantu ibunya menjadi buruh
cuci dari rumah ke rumah. Ibunya bangga melihat Romidi yang tak pernah malu
akan kehidupan orang tuanya dan tak pernah membangkang apa yang disuruh oleh
kedua orang tuanya. Tapi setalah perkembangan zaman, berkembangnya teknologi
canggih yang semuanya serba mesin, saaat itulah ibu Romidi mengalami macet
pekerjaan dan penghasilan untuk membantu suaminya menghidupi enam anaknya.
Romidi menyadari
kesulitan orang tuanya, saat itulah dia mulai memikirkan bagaimana mendapatkan
uang, dan mulai mencari pekerjaan
sehingga sekolahnya pun terhenti. Tanpa terasa sudah dua pekan Romidi berdiam
diri saja dirumah tanpa melakukan pekerjaan satupun. Terkadang Romidi berfikir
kelak kalau dia mendapatkan pekerjaan apakah penghasilannya bisa membantu
keluarganya. Jangankan penghasilan yang layak, buat sekolah saja dia tidak bisa
melanjutkannya.
Sambil menggaruk
garuk kepalanya, Romidi melihat ada seorang anak yang sedang memainkan gitar
didepan rumahnya. Ide yang cemerlang pun muncul dalam benaknya, mungkin ini
solusi yang diselama ini dicari. Romidi pun belajar main gitar supaya pekerjaannya
bisa secepatnya dilakukan.
Hampir tiap hari
dari pagi hingga sore kehidupan Romidi berjalan dari bus ke bus yang lain,
menyanyikan lagu yang lagi hits dan melantunkan tembang lawas jikalau ada dari
penumpang yang mau request. Dimulai dari era band 80-an sampai zaman band masa
kini, sekarang romidi menyanyikannya dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa
ada rasa mengeluh sedikitpun. Disamping dia tulus mengerjakan pekerjaannya Romidi
ternyata juga sangat menyukai dunia musik tidak salah kalau ternyata Romidi
menguasai beberapa lagu dari zamannya sendiri sampai sekarang.
Suatu hari Romidi
baru selesai mengamen disebuah bus tanpa sengaja ada seorang nenek yang meminta
uang kepada Romidi sambil menangis. Romidi berfikir apa uang ini cukup untuk
dirinya dan nenek tersebut sedangkan hari ini Romidi mendapatkan penghasilan
yang kurang dari biasanya, bisa disebut hari ini bukan hari yang baik untuk Romidi,
ditambah pula adik dan ibunya belum memakan satupun makanan dari pagi tadi.
Disaat Romidi
berfikir, sang nenek itupun terus menangis dihadapannya dan tanpa berfikir lagi
Romidi memberikan semua uang yang didapatnya kepada nenek tersebut, karena Romidi
berfikir bahwa nenek itu lebih membutuhkan daripada dirinya. Setelah itu Romidi
melanjutkan perjalanannya kerumah dan sesampai dia dirumah diceritakanlah apa
yang terjadi tadi dijalan.
“Bu, aku ngak
bawa apa-apa”, kata Romidi
“ Kenapa, apa
kamu ngak dapat penghasilan dari mengamen hari ini”, jawab ibu Romidi sambil
mengambil segelas minuman untuk anaknya.
“Dapat kok bu,
cuman aku memberikan semuanya kepada yang lebih membutuhkan bu”, tambah Romidi
sambil menceritakan semuanya kepada ibunya.
Dengan rasa
terharu ibu dan adik Romidi merasa bangga kepada anak dan kakaknya tersebut
walaupun tak mempunyai apa apa tetapi Romidi masih tetap rendah hati kepada
orang lain. Ibunya berdo`a semoga anak sulungnya itu diberikan rezeki yang
lebih.
Pagi yang dingin
seperti biasa Romidi bersiap-siap untuk pergi mengamen. Tidak lupa dia minta
restu orang tuanya agar bisa mendapatkan penghasilan yang banyak. Disaat Romidi
melangkah kesuatu jalan dia sempat melihat anak anak berseragam sekolah
bercengkerama sesama teman mereka.
Tanpa terasa Romidi
merasakan getaran dihatinya dan dia tak dapat memungkirinya bahwa dia sangat
merindukan suasana disekolah dan belajar bersama teman temannya dan tak dapat
dipungkiri pula kalau Romidi masih ingin melanjutkan pendidikannya sampai kejenjang
yang lebih tinggi. Kalau bisa kelak dia ingin menjadi sarjana pendidikan.
Berfikir
terlampau lama Romidi pun ditinggal bus yang akan dinaikinya, dalam hati Romidi
hanya bisa tertawa kecil. Setelah istirahat siang dan selesai sholat zuhur Romidi
melanjutkan pekerjaannya, sedang asyik bernyanyi dipersimpangan lampu merah,
tanpa sengaja Romidi sedang menghibur seorang produser music. Lantas sang produser merasa terhibur dan
mengagumi kemampuan dan suara Romidi. Setelah selesai sang produser langsung
menghampiri Romidi dan memberikan sebuah kata pengagumannya.
“Suara kamu
bagus, tapi kenapa dijalanan, apa kamu tidak sekolah,” kata sang produser.
“Terima kasih
pak, saya udah ngak sekolah lagi, karena mau bantu orang tua”, jawab Romidi
Dengan rasa
kasihan, sang produser ingin ketemu dengan orang tua Romidi, dan memberikan
pekerjaan kepada kedua orang tua Romidi. Sang produser pun berpesan kepada
kedua orang tua Romidi supaya dia harus kembali
lagi sekolah, dan semua biaya pendidikan ditanggung oleh produser tersebut.
Karena pendidikan itu harus di nomor satukan.
Romidi dan kedua
orang tuanya sujud syukur karena do`a mereka selama ini dikabulkan olehNYA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar