Sabtu, 17 Desember 2011


KURA-KURA DAN KUPU-KUPU

  “Tragedi 23 - 11- 2011”



            Perjalanan panjang menempuh ulu hati yang tak bisa dirasakan dengan apa-apa, menengok jarak yang kian terbentang dan tersiratkan dengan nada-nada kata yang melalui jalur non nyata. Aku kian merenung, memastikan hidup ini untuk ingin dimiliki dan berjalan dengan rasa tersenyum. Tapi itu semua hanya mimpi jika anganku ini hanya berdiri kokoh pada sandarannya dan tak bergerak dengan impian hati selama ini.
            “Kenapa harus nunggu lama”, kataku dalam hati. Kata-kata itu kian menjadi benalu dalam perasaanku, kenapa tidak. Setiap hari penampungan perasaan dalam hati kian bertambah, apa boleh buat. Dukungan dari perantara dunia tak lagi menyurutkan betapa indahnya hidup ini. Diwarnai dengan berbagai hasrat untuk saling memenuhi dan memiliki.

            Hari ini, aku ingin bertahap untuk hal semacam ini. Aku kunjungi kediaman sementaranya untuk memastikan selalu menatap wajah yang kian elog untuk dipandang. Rasa gugup yang telah dibuang jauh-jauh, eh malah menghampiri dan mengikutiku, dasar nakal tu gugup, susah dibilangin.
            “Hmmm, hy, kalau aku boleh tau, bapak kamu…………….”, kaku banget kata-katanya. Tapi aura yang aku tampilkan tak lagi memperlihatkan kekakuanku, malah rasa cemas muncul dalam hati ini. Dimakankah aku, atau aku nanti dihajar dengan kata-katanya yang membuat aku terbang menjauh keluar dari diri dan kehidupannya.
            Waktu tetap berlalu, seakan tak memikirkan apa yang aku rasakan dan apa yang ingin aku rasakan. Saat ini aku mencari tempat untuk curahan hati ini, agar aku bisa bebagi perasaan. Mereka mengatakan, “lanjutkan saja, apa yang harus ditunggu, terkadang, sesorang itu tak mau menunggu lama”.
            Komunikasi yang lancar hingga batas waktu yang ditentukan tetap kami lakukan, seakan-akan lampu hijau telah menyala dan siap untuk tancap gas. Apa yang aku rasakan, apakah ini memang pantas untuk dirasakan dan memang pantas untuk diriku.
            Aku terngiang-ngiang kembali akan pertemuan indah dalam hidup ini, seolah-olah semuanya telah lengkap dan akan kembali lengkap bila dia ada dalam diriku ini. Pertemuan singkat yang tak pasti meninggalkan bekas dalam dunia ini.
            Setelah mengenalnya dihari bedah film, aku memantapkan hati ini untuk memilikinya. Tiga belas hari aku mengenalnya, rasanya sudah lama dan ingin cepat-cepat mengakhiri pertemanan ini dengan menjadi kekasih hatinya. Pertanyaan yang jadi benalu itu muncul lagi, “pantaskah aku dengannya”.
            “Ah, mengapa itu yang aku pikirkan, walaupun perbedaan ini jauh, tapi dengan cinta yang tulus semuanya kan menjadi dekat dan tak ada lagi rasa tak cocok tapi diganti dengan rasa saling memahami dan menjaga perasaan.
            Hari ini, tanggal dua puluh tiga. Aku check lagi dikalender hp ku, apakah ini hari yang pas untuk menyatakannya. Apa aku terlalu cepat atau aku terlalu bernafsu untuk melimpahkan hasrat cinta ini. Temanku berkata “ingat, jika terlalu lama, cintamu itu akan berubah menjadi sahabat, apa kamu mau hanya menjadi sahabat baginya”.
            Aku yakin ini hari yang tepat walaupun diiringi cuaca yang tak bersahabat. Dari pagi hingga sore ini tetap hujan dan hujan. Apa aku tak diizinkan oleh alam untuk ini. Semakin menuju malam, hujan ini makin deras dan deras.
            Setelah melaksanakan kewajibanku sebagai umat muslim, aku lansung menuju tempat kediaman sementaranya untuk hal yang selalu aku pendam selama ini. Hujanpun mengiringi langkahku, dan semua yang melekat ditubuhku sudah bersatu dengan air hujan yang membasahi.
            Setelah dia keluar dari kediaman sementaranya, rasa deg-deg kan mendekatiku.
 “Kenapa kamu hujan-hujan, nanti sakit lo” katanya padaku
“ ngak apa-apa kok, semuanya sudah dalam skenario aku” aku pun menjawab hal yang membuatnya penasaran”
“Sini, aku payungin” tambahnya
“ ngak usah, aku hanya menyatakan sesuatu, sesuatu yang selama ini terpendam walaupun belum berumur satu bulan” jawabku lagi.
Hujanpun kian deras dan tak mengizinkan aku untuk terus berdiri didepan kediaman sementaranya, tapi aku tetap bertahan dan terus bertahan demi tujuanku. Apa aku salah, atau terlalu memaksakan ini.
“ Sebenarnya sudah lama aku menantikan waktu ini, sejak perkenlan dan hingga saat ini, rasa ini terus menguat dan bertambah dan tak ingin terbuang sia-sia dalam lamunan hati. Sebenarnya tujuan aku kesini untuk hal yang dirasa perlu untuk disampaikan.
Apakah kamu mau jadi pemilik hati ini???????????.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar