KURA-KURA DAN KUPU-KUPU
“Tragedi 23 - 11- 2011”
Perjalanan panjang menempuh ulu hati
yang tak bisa dirasakan dengan apa-apa, menengok jarak yang kian terbentang dan
tersiratkan dengan nada-nada kata yang melalui jalur non nyata. Aku kian
merenung, memastikan hidup ini untuk ingin dimiliki dan berjalan dengan rasa
tersenyum. Tapi itu semua hanya mimpi jika anganku ini hanya berdiri kokoh pada
sandarannya dan tak bergerak dengan impian hati selama ini.
“Kenapa harus nunggu lama”, kataku
dalam hati. Kata-kata itu kian menjadi benalu dalam perasaanku, kenapa tidak.
Setiap hari penampungan perasaan dalam hati kian bertambah, apa boleh buat.
Dukungan dari perantara dunia tak lagi menyurutkan betapa indahnya hidup ini.
Diwarnai dengan berbagai hasrat untuk saling memenuhi dan memiliki.
Hari ini, aku ingin bertahap untuk
hal semacam ini. Aku kunjungi kediaman sementaranya untuk memastikan selalu
menatap wajah yang kian elog untuk dipandang. Rasa gugup yang telah dibuang
jauh-jauh, eh malah menghampiri dan mengikutiku, dasar nakal tu
gugup, susah dibilangin.
“Hmmm, hy, kalau aku boleh tau,
bapak kamu…………….”, kaku banget kata-katanya. Tapi aura yang aku tampilkan tak
lagi memperlihatkan kekakuanku, malah rasa cemas muncul dalam hati ini. Dimakankah
aku, atau aku nanti dihajar dengan kata-katanya yang membuat aku terbang
menjauh keluar dari diri dan kehidupannya.
Waktu tetap berlalu, seakan tak
memikirkan apa yang aku rasakan dan apa yang ingin aku rasakan. Saat ini aku
mencari tempat untuk curahan hati ini, agar aku bisa bebagi perasaan. Mereka
mengatakan, “lanjutkan saja, apa yang harus ditunggu, terkadang, sesorang itu
tak mau menunggu lama”.
Komunikasi yang lancar hingga batas
waktu yang ditentukan tetap kami lakukan, seakan-akan lampu hijau telah menyala
dan siap untuk tancap gas. Apa yang aku rasakan, apakah ini memang pantas untuk
dirasakan dan memang pantas untuk diriku.
Aku terngiang-ngiang kembali akan
pertemuan indah dalam hidup ini, seolah-olah semuanya telah lengkap dan akan
kembali lengkap bila dia ada dalam diriku ini. Pertemuan singkat yang tak pasti
meninggalkan bekas dalam dunia ini.
Setelah mengenalnya dihari bedah
film, aku memantapkan hati ini untuk memilikinya. Tiga belas hari aku
mengenalnya, rasanya sudah lama dan ingin cepat-cepat mengakhiri pertemanan ini
dengan menjadi kekasih hatinya. Pertanyaan yang jadi benalu itu muncul lagi,
“pantaskah aku dengannya”.
“Ah, mengapa itu yang aku pikirkan,
walaupun perbedaan ini jauh, tapi dengan cinta yang tulus semuanya kan menjadi
dekat dan tak ada lagi rasa tak cocok tapi diganti dengan rasa saling memahami
dan menjaga perasaan.
Hari ini, tanggal dua puluh tiga.
Aku check lagi dikalender hp ku, apakah ini hari yang pas untuk menyatakannya.
Apa aku terlalu cepat atau aku terlalu bernafsu untuk melimpahkan hasrat cinta
ini. Temanku berkata “ingat, jika terlalu lama, cintamu itu akan berubah
menjadi sahabat, apa kamu mau hanya menjadi sahabat baginya”.
Aku yakin ini hari yang tepat
walaupun diiringi cuaca yang tak bersahabat. Dari pagi hingga sore ini tetap
hujan dan hujan. Apa aku tak diizinkan oleh alam untuk ini. Semakin menuju
malam, hujan ini makin deras dan deras.
Setelah melaksanakan kewajibanku
sebagai umat muslim, aku lansung menuju tempat kediaman sementaranya untuk hal
yang selalu aku pendam selama ini. Hujanpun mengiringi langkahku, dan semua
yang melekat ditubuhku sudah bersatu dengan air hujan yang membasahi.
Setelah dia keluar dari kediaman
sementaranya, rasa deg-deg kan mendekatiku.
“Kenapa kamu hujan-hujan, nanti sakit lo”
katanya padaku
“
ngak apa-apa kok, semuanya sudah dalam skenario aku” aku pun menjawab hal yang
membuatnya penasaran”
“Sini,
aku payungin” tambahnya
“
ngak usah, aku hanya menyatakan sesuatu, sesuatu yang selama ini terpendam
walaupun belum berumur satu bulan” jawabku lagi.
Hujanpun
kian deras dan tak mengizinkan aku untuk terus berdiri didepan kediaman
sementaranya, tapi aku tetap bertahan dan terus bertahan demi tujuanku. Apa aku
salah, atau terlalu memaksakan ini.
“
Sebenarnya sudah lama aku menantikan waktu ini, sejak perkenlan dan hingga saat
ini, rasa ini terus menguat dan bertambah dan tak ingin terbuang sia-sia dalam
lamunan hati. Sebenarnya tujuan aku kesini untuk hal yang dirasa perlu untuk
disampaikan.
Apakah
kamu mau jadi pemilik hati ini???????????.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar